.

Did Jesus really die on the Cross? The Swoon Theory _ Updated!  

Monday, March 16, 2009

by Ronny Dee

Ya, pandangan ini sebenarnya sudah muncul sejak lama. Pandangan ini telah muncul pada abad II oleh Celsus, filsuf Romawi. Teori pingsan atau "Swoon theory" menyatakan bahwa Yesus hanya pingsan di salib. Teori ini menjelaskan bahwa pada waktu Yesus di salib, Dia nampaknya sudah mati lalu Dia diturunkan dari salib dan dikuburkan. Pada waktu di dalam kubur, Yesus yang masih pingsan lalu siuman alias tersadar karena dinginnya udara dalam kubur. Dengan tertatih-tatih Dia bangun lalu dengan sekuat tenaga mendorong batu kubur seberat dua ton, mengelabui para penjaga dan Dia berhasil meloloskan diri.

Karl Friedrich Bahrdt seorang theolog sekitar tahun 1780 mengemukakan bahwa Yesus tidak mati di salib karena sempat mengkonsumsi obat yang diberikan oleh dokter Lukas. Teori pingsan lalu muncul juga teori dari Karl Venturini dan Heinrich Paulus yang menambahkan bahwa Yesus mengalami koma sementara dan kemudian sadar di dalam kubur. Masih dari Kristen, mereka sendiri menyatakan bahwa bukan Yesus yang di salib tetapi Yudas atau salah satu famili Yesus. Ada lagi penafsiran yang menyatakan bahwa Yesus diangkat oleh Allah pada waktu di salib.


Dari luar Kristen, pandangan ini muncul dari sekte Ahmadiya yang menyatakan bahwa Yesus tidak mati di salib. Mirza Ghulam Ahmad, pendiri Ahmadiyya Muslim Movement, dalam bukunya 1899 Jesus in India menyatakan bahwa Yesus tidak mati di salib. Yesus berkelana sampai ke India untuk mencari suku Israel yang hilang, sesuai pernyataan-Nya dalam Injil: "Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel" [Mat15:24].

Beberapa pandangan modern tentang teori pingsan:
* Ernest Brougham Docker (1920, in If Jesus Did Not Die on the Cross)
* Robert Graves & Joshua Podro (1957, in Jesus in Rome)
* Hugh J. Schonfield (1965, in The Passover Plot)
* Donovan Joyce (1972, in The Jesus Scroll)
* J.D.M. Derrett (1982, in The Anastasis: The Resurrection of Jesus as an
Historical Event)
* Holger Kersten (1994, in Jesus lived in India)

Pandangan lainnya :

Hugh Schonfield, dalam The Passover Plot, menyatakan bahwa Yesus di bawah pengaruh obat sehinga Dia nampaknya mati tetapi kemudian sadar setelah Dia diturunkan dari salib.

Pandangan lainnya Michael Baigen, the Jesus Papers menyatakan bahwa Yesus pada waktu diberi bunga karang dan dicelupkan ke dalam anggur asam dan diminumnya, ternyata bunga karang itu mengandung opium/ beladona yaitu semacam obat bius yang sudah dikenal penggunaanya di Palestina dan itu bisa membuat Yesus pingsan sementara. Tulisan sebelumnya dari Michael Baigent bersama Richard Leigh and Henry Lincoln, dalam buku mereka 1982 Holy Blood, Holy Grail mejadi sumber / referensi dari Dan Brown dalam menulis bukunya DaVinci Code.
Pendangan senada datang dari Barbara Thiering dalam bukunya Jesus the Man mengemukakan bahwa Yesus tidak mati di salib

Argumen terhadap teori pingsan:
1. Dapatkah seseorang bertahan selama beberapa hari dalam kubur tanpa makan dan minum dan sebelumnya mengalami penyiksaan, kehilangan banyak darah dan tetap hidup? Lalu dengan kondisi masih seperti itu, sanggup menggulinghkan batu sebesar dua ton, menaklukan para penjaga yang terdiri dari serdadu khusus Romawi? David Strauss, theolog abad 19 menyatakan:
"It is impossible that a being who had stolen half dead out of the sepulchre, who crept about weak and ill and wanting medical treatment... could have given the disciples the impression that he was a conqueror over death and the grave, the Prince of life: an impression that lay at the bottom of their future ministry."

2. Ada dua kelompok serdadu Rowami yang memastikan kematian Yesus. Pertama, waktu Yesus di salib, salah seorang serdadu menikam Yesus dengan tombak yang menembus paru-paru dan jantungnya. Kedua, kelompok serdadu yang menjaga kubur Yesus bertugas untuk menjaga kubur yang sudah dimeterai. Mereka mempertaruhkan nyawa mereka untuk menjaga kubur Yesus itu.

3. Eksekusi penyaliban itu sendiri sangat brutal termasuk pencambukannya, sehingga Yesus langsung mati beberapa jam setelah berada di kayu salib. Hal ini mengejutkan Pilatus. Biasanya korban yang disalib bertahan cukup lama, seperti kedua penjahat yang berada di samping Yesus. Tetapi Yesus telah mengalami penyiksaan yang sangat brutal dan ekstrim sehingga akumulasi dari penyiksaan itu mengakibatkan kematian-Nya.

4. Selama Yesus di salib, Yesus tetap sadar, buktinya Dia masih mengucapkan ketujuh perkataan salib. Dia masih berdialog dengan salah seorang penjahat di sampingnya, berdialog dengan Yohanes yang pada waktu itu bersama-sama dengan Maria, ibu-Nya.

5. Dokumen extra biblika juga memberikan kesaksian seputar kematian Yesus. Para sejarawan dunia mengakuinya. Cornelius Tacitus menyatakan bahwa Yesus mati di salib pada masa pemerintahan Pontius Pilatus. Josephus , sejarawan Yahudi mengakui kematian Yesus dalam bukunya yang tersohor, Antiquities. Talmud Yahudi juga memuatnya. Kesaksian Bapa-Bapa Gereja mulai dari Tertullian sampai Justinus Martyr mendukung tidak hanya kematian Yesus tetapi juga kebangkitan-Nya.

Kesimpulannya, "teori pingsan" itu mengada-ada dan tidak berlandaskan pada fakta-fakta historis. Dasar argumennya terlalu lemah dan mengabaikan fakta historis yang ada.

Read More On "Did Jesus really die on the Cross? The Swoon Theory _ Updated!"!
AddThis Social Bookmark Button


Christianity and Jesusanity  

by Ronny Dee

Siapakah Yesus Kristus itu yang sesungguhnya?

Jawaban atas pertanyaan yang sangat esensi di atas sesungguhnya tidak hanya mencerminkan pandangan kita tetapi menyatakan kredo iman dan keyakinan kita. Kekristenan menyatakan dan menyembah Dia sebagai Allah tapi tetapi bagaimana pandangan moderen mengenai Yesus saat ini? Banyak sekali. Dan Brown dalam The Da Vinci Code menyatakan bahwa Yesus adalah seorang tokoh yang besar yang keilahiannya ditemukan oleh Gereja abad keempat...E.P. sanders dalam bukunya Jesus and Judaism menyatakan bahwa Yesus hanya sebagai nabi. Ditambah lagi dengan buku Jesus Dynasty, Yesus menurut Injil Yudas, Injil Thomas dan lain-lain.

Media terutama internet dan buku-buku berperan besar dalam mempopulerkan pandangan-pandangan mengenai Yesus ini. Tetapi sayangnya pandangan-pandangan mengenai Yesus dalam buku-buku populer tersebut sangat kontroversial dan ngawur. Dalam menanggapi berbagai pandangan modern mengenai Yesus yang muncul di media, Darrel L. Bock dan Daniel B. Wallace mengulas tentang gambaran Yesus dalam buku Mendongkel Yesus dari Tahtanya. Bersyukur, buku ini diterbitkan penerbit Gramedia yang selama ini menerbitkan buku-buku yang justru kontroversial. Dalam launching buku ini, wakil dari Gramedia menyatakan minta maaf atas penerbitan buku-buku sebelumnya dan penerbitan buku Mendongkel Yesus dari tahtanya ini katanya merupakan 'penebusan dosa'. Kalau begitu, mudah-mudahan banyak buku bermutu dan benar tentang Tuhan Yesus bakal menyusul dari Gramedia.

Dalam bukunya, Darrel L. Bock dan Daniel B. Wallace mengulas tentang klaim Tuhan Yesus dari dua kubu. Dunia masa kini mengenal dua pandangan utama tentang Yesus. Pertama adalah Kristianitas yaitu pandangan yang berpusat pada iman bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah. Kristianitas mengklaim bahwa Yesus diurapi Allah untuk mewakili Allah dan manusia dalam pemulihan relasi yang rusak antar Pencipta dan ciptaan-Nya.

Sedangkan Yesusanitas adalah potret Yesus dari Nazaret yang hanya dipandang sebagai nabi, guru agama, tokoh politik radikal, pembela keadilan sosial. Yesus dalam pandangan Yesusanitas berperan utama sebagai guru, penunjuk jalan dan teladan. Ideologi Yesusanitas ini mengemuka di berbagai media massa dan banyak dibahas di kalangan akademis. Ideologi ini menolak secara eksplisit semua dasar sejarah bagi Yesus dalam iman dan kredo Kristen
Baik Kristianitas maupun Yesusanitas sama-sama memberikan penghormatan yang sangat tinggi kepada Yesus tetapi jelas ada perbedaannya.
Dalam Kristianitas Yesus disembah, Dia diasosiasikan dekat dengan Allah dan Dia adalah Jalan.
Dalam Yesusanitas Dia hanya dihormati, Dia hanya menunjuk kepada Allah dan hanya menunjukkan jalan.

Kesan saya, buku ini sebenarnya merupakan apologetik populer dan Darrel L. Bock dan Daniel Wallace untuk mengcounter klaim-klaim Yesusanitas dengan jujur, theologis dan ilmiah. Mereka berdua juga mampu memaparkan dan menjernihkan berbagai pandangan yang mempertanyakan tentang kebenaran dan keakuratan Alkitab, kebenaran tentang Yesus yang terdistorsi oleh penganut Yesusanitas. Banyak hal-hal teknis dalam theologi mampu dibahasakan dengan lebih sederhana dalam buku ini. Pembahasan dengan gaya bahasa yang populer akan membuat pembaca mudah memahami dan makin mengerti hal-hal yang selama ini tidak tersampaikan oleh media dan buku-buku Yesuanita. Soli Deo Gloria

Read More On "Christianity and Jesusanity"!
AddThis Social Bookmark Button


Design by Amanda @ Blogger Buster